1. MAHABBAH
Dzun Nun Al-Misri hidup
didunia hanya untuk menambahkan jalan untuk menuju Allah. Tujuan beliau adalah
“Mencintai Tuhan, membenci yang sedikit, menurut garis perintah yang
diturunkan dan takut akan berpaling jalan”.
Ketika ditanyai orang,
apa sesungguhnya hakikat cinta itu. Menurutnya orang-orang yang mencintai Allah
adalah mengikuti kekasihnya, yakni Nabi Muhammad s.a.w. dalam hal akhlaq,
segala perintah dan sunnahnya[1]. Artinya orang-orang yang mencintai
Allah senantiasa mengikuti sunnah rasul, tidak mengabaikan syari’at.
Untuk memahami lebih jauh
tentang Mahabbah, ia mengatakan bahwa ada tiga simbol Mahabbah yaitu :
- Rido terhadap hal-hal yang tidak disenangi
- Berprasangka baik kepada sesuatu yang belum diketahui
- Berlaku baik terhadap menentukan pilihan dan hal-hal yang diperingatkan[2]
Beliau juga memberi
penjelasan tentang cinta. Bahwa cinta
yaitu hubungan timbal balik diantara khalik dengan makhluq, diantaranya
menyintai dengan hal yang dicintai. Ajaran ini hanya dapat dirasakan setelah
menempuh maqam-maqam tertentu. Begtulah menurut beliau. Cinta hanya dapat
dirasakan dengan sia-sia kalau diajarkan.
2. MA’RIFAT
Dzun Nun Al-Misri adalah
pelopor paham Ma’rifat. Penilaiannya ini sangatlah tepat karena berdasarkan
riwayat Al-Qathfi dan AL-Mas’udi yang kemudian dianalisis Nicholson dan Abd.
Al-Qadir dalam falsafah Al-Sufiah Al-Islam. Al-Misri memperkenalkan corak baru
tentang Ma’rifat dalam bidang Sufisme Islam antara lain :
- Ia membedakan antara Ma’rifat sifiyah dengan Ma’rifat aqliyah. Ma’rifat Sufiyah cenderung menggunakan pendekatan qalb yang biasa digunakan para Sufi. Sedangkan Ma’rifat aqliyah cenderung menggunakan pendekatan akal yang biasa digunakan oleh para Teoloq.
- Menurut beliau Ma’rifat sebenarnya aalah Musyahidah Qalbiyah (penyaksian hati) sebab Ma’rifat merupakan fitrah dalam hati manusia sejak azali
- Teori-teori Ma’rifatnya dianggap sebagi jembatan menuju teori-teori wahdat Asy-Syuhud dan ijtihad. Ia pun dipandang sebagai orang yang pertama kali memasukkan unsure falsafah dalam tasawwuf.[3]
Lain dari pada itu pandangannya tentang hakikat Ma’rifat sebagai berikut :
- Sesungguhnya Ma’rifat yan hakiki bukanlah ilmu tentang ke-Esaan Tuhan, sebagaimana yang dipercaya orang-orang mukmin, mutakallimin dan ahli balaghah, akan tetapi Ma’rifat terhadap ke-Esaan Tuhan itu khusus dimiliki oleh para Nabi Allah. Sebab merekalah yang bisa menyaksikan kehadiran Allah dengan mata hatinya.
- Ma’rifat yang sebenarnya adalah bahwa Allah menyinari hatimmu dengan cahaya Ma’rifat yang murni seperti matahari tidak dapat dilihat kecuali dengan cahayanya.
Intinya dari kedua
pandangan diatas menyatakan bahwa Ma’rifat kepada Allah tidak dapat ditempuh
melalui pendekatan akal dan perbuatan-perbuatan tetapi dengan jalan Ma’rifat
batin, maksudnya Tuhan menyinari hati manusia dan menjaganya dari kecemasan
sehingga semua yang ada didunia ini tidak mempunyai arti lagi.
Dzun Nun Al-Misri membagi 3 macam pengetahuan tentang Tuhan antara
lain :
- Pengetahuan untuk seluruh muslim (mu’min biasa)
- Pengetahuan untuk ahli bicara (Mutakallimin)
- Pengetahuan untuk Waliullah yang dekat kepada Allah dan kenal akan Allah dalam hatinya. Ma’rifat inilah yang setinggi-tinggi martabat.
Dalam pembagian ini
terbayanglah kejelasan ke-3 macam Ma’rifat itu.
- Orang mu’min biasa mengenal Allah karena memang demikian ajaran yang diterimanya.
- Orang filosof dan mutakallimin mencari Allah dengan perjalanan akalnya. Oleh perhitungan akal dan mantiq, maka mengakulah akan adanya, tetapi belum rasakan akan kelezatannya.
- orang muqarrabin mencari Allah dengan pedoman cinta yang diutamakan adalah ilham atau faidah yaitu limpah karunia Allah
Dalam penjelasan rohani
Dzun Nun Al-Misri mempunyai sistematika sendiri tentang jalan menuju tingkat
Ma’rifat dan digambarkan oleh Al-Hamid Mahmud :
- Orang yang bodoh adalah orang yang tidak mengenal jalan menuju Allah dan tidak ada usaha untuk mengenalnya.
- Jalan menuju Ma’rifat ada 2 macam yaitu ;
1. Thariq al-Inabah
2. Thariq
al-Ihtiba’
- Manusia ada 2 macam yaitu ;
1. Darij
2. Wasil
Sedangkan cara memperoleh Ma’rifat menurut Al-Misri
adalah mengenal Tuhan dengan (bantuan) Tuhan. Kalau bukan karena bantuannya
saya tidak mungkin mengenalnya.
عرفت ربي ولو لا ربي كما عرفت ربي
Maksudnya ;
Ma’rifat tidak
diperoleh begitu saja tetapi merupakan pemberian Tuhan r, rahmad dan
nikmat-Nya.[4]
Jadi pusat Ma’rifat
adalah adanya komunikasi cahaya dari Tuhan kedalam hati nurani seseorang,
artinya ; orang yang sudah mencapai Ma’rifat tidak lagi dalam diri mereka tetap
dalam Tuhan. Semua gerakan disebabkan oleh Tuhan.
Selanjutnya, K.A.
Nicholson menjelaskan bahwa menurut kaum Sufi ada 3 komponen dalam diri manusia
agar memperoleh Ma’rifat :
1.
Qalb : dapat mengetahui sifat-sifat Allah.
2.
Ruh :
adalah alat atau komponen untuk mencintai Tuhan.
3.
Sirr : sebagai alat yang dapat melihat Tuhan yang
bertempat didalam . ruh
Ciri-ciri Ma’rifat :
1.
Seseorang
menerima segala sesuatu itu adalah atas nama allah apapun bentuknya menyenangi
segala sesuatu hanya semata-mata karena Allah.
2.
Ia tidak berkeyakinan bahwa ilmu batin merusak hukum
lahir
3. MAQOMAT DAN
AHWAL
Yang menyebabkan manusia
jauh dari Tuhan adalah karena dosa. Sebab dosa adalah sesuatu yang kufur,
sedangkan Allah maha suci dan menyukai yang suci. Oleh karena itu apabila
seseorang ingin mendekatkan diri kepada-Nya atau ingin melihatnya, maka ia harus
membersihkan dirinya dari segala dosa dengan jalan bertobat.
AL-MISRI membagi beberapa hal Maqomat (jenjang menuju Sufi) antara lain :
1. Tobat.
Dalam ungkapan lain
Al-Junaidi mengatakan bahwa tobat adalah engkau melupakan dosamu, sehingga pada
tahap ini orang-orang yang mendambakan hakekat tidak lagi mengingat dosa mereka
pada keesaan Tuhan dan dzikir yang berkesinambungan.[7]
b. Tobat Awam : tobat yang dilakukan oleh orang awam dari
dosa yang dilakukan.
Dan proses selanjutnya tobat terbagi 3 tingkatan.[8]
1.
Orang yang
bertobat dari dosa dan keburukannya.
2.
Orang yang
bertobat dari kelalaian dan kealfaan mengingat Tuhan
3.
orang yang
bertobat karena memandang kebaikan dan ketaatannya
2.
Ash-Shoba.
Tidak termasuk cinta yang benar bagi
orang yang tidak bersabar dalam menghadapi cobaan dan tidak benar pula cintanya
orang yang merasakan kenikmatan dari suatu cobaan ini dialami ketika hak dan
kedua tangannya dibelenggu.
3.
Al-Tawakkal
Adalah penyerahan diri sepenuhnya
kepada allah disertai perasaan tidak memiliki kekuatan.[9]
Hilangnya daya dan kekuatan seolah-olah mengandung arti pasif dan mati.
4.
Ar-Niqho
Adalah kegembiraan hati menyambung
ketentuan Tuhan baginya dan pendapat ini sejalan al-Qonnad (bahwa ridho itu ketenangan
hati dengan berlakunya ketentuan Tuhan).
AL-MISRI menjelaskan ahwal (karakteristik Sufi) dan
menjadikan Mahabbah (cinta kepada Tuhan) sebagai urutan pertama dengan 4 ruang
lingkup pembahasan tentang tasawuf. Menurutnya tanda-tanda orang-orang yang mencintai
allah adalah yang mengikuti kekasihnya yakni Nabi Muhammad s.a.w. dalam hal
akhlaq segala perintah sunnahnya.[10]
Sehingga
dalam pemikirannya ada 3 simbol Mahabbah :
1.
Rido terhadap hal-hal yang tidak disenangi.
2.
Berprasangka baik terhadap sesuatu yang belum
diketahui
3.
Berlaku dalam menentukan pilihan dan hal-hal yang
diperingatkan.
[1] Muhammad
Mahdi ‘Allam, Dairat al-Ma’arif Al-Islamiyah, hal 422
[2] ibid
hlm, 425
[3] Abd.
Qadir Mahmud, Falsafatu Ash-Shufiah Fi Al-Islam, Dar Al-Fikr Al-A’rab, Kairo,
hal 306
[4] Ahmad
Bin ‘Athaillah. Al-Hawash Li Tahazib An-Nafs. Hlm. 20
[5] Abd.
Nashr Al-Sarraj Al-Thusi. Al-Luma’, Dar Al-Kutub Al-Haditsah, Mesir. Hal 61
[6] ibid.
hlm. 69.
[7] Ibid.
Hal 69.
[8] Ibid
Hal. 69
[9] Ibid.
Hal 73
[10]
Muhammad Mahdi Allam dalam ‘Inat al-Ma’arif al-Islamiyyah. Hal. 422.
Tasawuf Dan Dzun Nun Al-Misri
9 out of 10 based on 10 ratings. 9 user reviews.
cElOTEh sObAT BLOGGER :
ASSALAMU'ALAIKUM WR WB
BLOG ini DOFOLLOW _ Berkomenarlah Yang Baik Dan Sopan Zaaaa !!
Kalo Mau Pake EMOTICONS, sObat Hanya Cukup Menulisan Kodenya Saja... !! ( :10 :11 :13 :16 - :101 / :najis :travel :rate5 ) BE A FRIENDLY !